Sunday 28 June 2015

On 19:51 by Dr. SUKRIS SUTIYATNO, MM., M.Hum   No comments
DETERMINING MERIT AND WORTH OF EVALUATION
(FORMATIVE AND SUMATIVE CONTEXT)
Sukris Sutiyatno
(Dosen STMIK Bina Patria Magelang)


A.    Pendahuluan
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tugas utama sekolah adalah bagaimana dapat mengelola dan meningkatkan secara terus menerus proses belajar mengajar tersebut. Dalam proses belajar mengajar, evaluasi menempati posisi yang strategis, karena dapat memberikan kerangka sebagai dasar untuk menentukan pembelajaran dan menentukan kemajuan hasil proses belajar mengajar. Kerangka itu juga disertai dengan gambaran bagaimana tanggapan siswa, yang berdasarkan gambaran ini arah dan kegiatan pembelajaran lebih lanjut dapat direncanakan. Evaluasi juga akan memberikan feed back dan feed forward.
Evaluasi merupakan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, apabila: (a) memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa, (b) mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mereka sendiri, (c) umpan balik bagi guru untuk melakukan penyesuaian dalam melaksanakan pembelajaran, (d) memahami pengaruh evaluasi terhadap motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka, dan (e) alat bagi siswa untuk melakukan monitoring dan koreksi diri mereka sendiri. Lebih jauh, apabila siswa dapat memahami hasil evaluasi, dan dapat mngikuti perkembangan dari apa yang telah dipelajari, maka siswa akan dapat memiliki gambaran langkah berikutnya yang perlu dipelajari dengan peristiwa-peristiwa dan latar belakang konteks tertentu, dan akhirnya akan mendorong terlaksanannya life long learning (Zamroni, 2005:42).
Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument tes maupun non test. Jadi maksud penilaian adalah memberikan nilai tentang kualitas tertentu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program (Asmawi Zainul, 2005:8).
Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor, dan dapat pula mengukur dengan data kualitatif yang menghasilkan deskripsi tentang subjek atau objek yang diukur, misalnya rndah, medium, dan tinggi. Jadi, kegiatan mengukur atau biasa disebut pengukuran tidak lain adalah bagian evaluasi yang memiliki tujuan untuk menghasilkan data, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Sukardi, 2009:2).
B.     Prinsip-Prinsip Evaluasi
Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hamper sebagian besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Hal ini sesuai dengan pendapat Cross (Sukardi, 2005:4) yang mengatakan bahwa “ a principle is a statement that holds in most, if not all cases. Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara benar.
Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan
2.      Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif
3.      Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik
4.      Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinyu
5.      Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku
Sedangkan menurut Slameto (2001:16) evaluasi harus mempunyai minimal tujuh prinsip yaitu: (1) terpadu, (2) menganust cara belajar siswa aktif, (3) kontyinuitas, (4) koherensi dengan tujuan, (5) menyeluruh, (6) membedakan (diskriminasi), dan (7) pedagogis.
C.    Evaluasi Pembelajaran
Secara garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (1) pencapaian akademik, (2) kecakapan (aptitude), dan (3) penyesuaian personal siswa. Lebih jauh ketiga hal tersebut akan dipaparkan di bawah ini:
1.      Pencapaian Akademik
Cakupan yang paling penting dari evaluasi pembelajaran dan banyak dipahami pemanfaatannya oleh para guru adalah evaluasi sebagai usaha eksplorasi informasi tentang pencapaian akademik. Secara definitive pencapaian akademik diartikan sebagai pencapaian siswa dalam semua cakupan mata pelajaran. Evaluasi pencapaian akademik, mecakup semua instrument evaluasi yang direncanakan secara sistematis guna menentukan derajat di mana seorang siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para guru. Dengan batasan pengertian ini, evaluasi pencapaian akademik merupakan cakupan yang sangat luas dan bervariasi sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Dilihat dari aspek guru, pencapaian akademik juga tidak kalah penting manfaatnya, jika disbanding manfaatnya bagi siswa yang dievaluasi. Dengan evaluasi pencapaian akademik tersebut, seorang guru dapat melihat apakah proses pengajaran yang telah diterapkan pada peserta didik dapat berhasil atau tidak. Jika kurang berhasil seorang guru perlu memperbaiki cara penyampaiannya, dan sebaliknya jika sudah tercapai ia juga dianjurkan untuk tetap menjaga atau terus meningkatkan kualitas penyampaian materinya kepada siswa.
2.      Evaluasi Kecakapan dan Kepandaian
Secara definitive evaluasi kecakapan (aptitude) tidak lain adalah mencari informasi yang berkaitan erat dengan kemampuan atau kapasitas belajar peserta didik yang dievaluasi. Instrumen evaluasi kecakapan yang diperoleh dari siswa dapat digunakan oleh para guru untuk memprediksi prospek keberhasilan siswa di masa yang akan datangm jika ia belajar secara intensif dengan fasilitas pembelajaran yang baik. Kecakapan siswa pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu general aptitude (kecakapan umum) dan specific aptitude (kecakapan khusus). Kedua kecakapan ini telah lama menjadi focus testing dalam mengevaluasi siswa yang hendak dievaluasi.
3.      Evaluasi Penyesuaian Personal Sosial
Cakupan lain yang juga perlu diketahui oleh seorang guru terhadap para siswanya adalah evaluasi yang berkaitan erat dengan tingkat adaptasi atau penyesuaian siswa secara personalitas atau secara bersama dengan teman di kelas atau di sekolah. Evaluasi penyesuain personal social tidak sama dengan evaluasi pribadi. Personalitas dapat dimaknai secara lebih luas. Personalitas dalam hal ini merupakan kesluruhan (entity) dari siswa. Personalitas merupakan semua karakteristik psikologi yang dimiliki siswa an hubungannya dengan siswa lain. Cakupan evaluasi penyesuaian atau adaptasi personal social di antarannya kemampuan, emosi, sikap dan minat siswa yang dimiliki sebagai pengalaman lalu dari siswa tersbut. Evaluasi peeersonalitas sebenarnya termasuk juga di dalamnya, evaluasi akademik dan evaluasi kecakapan. Sebaliknya, evaluasi adaptasi personal social juga menggunakan teknik yang bermacam-macam, di antarannya berisi teknik evaluasi dengan menggunakan tes seperti testing sikap, testing interes, kematangan emosi, kemampuan kerjasama, skala rerata diri dan inventori dengan paper-pencil.
D.    Syarat dan Tujuan Evaluasi
Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut; (1) valid, (2) handal, (3) objektif, (4) seimbang, (5)membedakan, (6) norma, (7) fair, dan (8) praktis.
Di samping kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi, ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap factor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat enam tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut; (1) Menilai ketercapaian (attainment) tujuan, (2) Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi, (3) Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui, (4) Memotivasi belajar siswa, (5) menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling, dan (6) Menjadikan evauasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Tujuan penilaian adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki tiga hal penting yaitu input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsure yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan system administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran. Dilihat dari fungsi pendidikan penilaian memiliki beberapa fungsi yaitu; fungsi selektif, diagnostic, penempatan dan keberhasilan (Depdiknas, 2009:90).
E.     Evaluasi Sumatif dan Formatif
Di bawah ini dijelaskan evaluasi sumatif dan formatif yang sudah sering dimanfaatkan dalam evaluasi:
1.      Evaluasi Formative
Evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Evaluasi formatif dilakukan secara periodic melalui blok atau unit-unit dalam proses belajar mengajar. Fungsi evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan secara kontinu ayau periodic tertentu dalam proses belajar mengajar. Yang dimaksud periodic di sini yaitu termasuk pada awal, tengah, atau akhir dari proses pembelajaran. Fokus evaluasi berkisar pada pencapaian hasil belajar mengajar pada setiap unit atau blok material yang telah direncanakan untuk dievaluasi. Informasi yang diperoleh dari evaluasi formatif ini secepatnya dianalisis guna memberikan gambaran kepada guru atau administrator, tentang perlu tidaknya dilakukan program-program perbaikan bagi para siswa yang diperlukan.
Nana Syaodih (2005:122) menyatakan evaluasi formative lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan program. Evaluasi formative dilakukan selama proses pelaksanaan program, dan dilakukan oleh evaluator internal. Sementara itu, Guba and Lincoln (1981:49) menyatakan “The aim of formative evaluation is refinement and improvement, which makes one think of intrinsic aspects of entities being evaluated”.
Atwi Suparman (2005:221) menyatakan evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan apa yang harus ditingkatkan atau direvisi agar produk tersebut lebih efektif dan lebih efisien. Secara ekstrim, dapat dikatakan betapapun kurang efektif atau sangat efektifnya produk itu, evaluator masih harus mencari apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan effektivitasnya sehingga kualitas lebih tinggi daripada sebelumnya. Dalam proses pengembangan suatu model instruksional, pelaksanaan evaluasi formatif adalah suatu keharusan. Hanya dengan cara itulah pengembang instruksional dapat merasa yakin bahwa system instruksional yang ia kembangkan akan efektif dan efisien di lapangan sesungguhnya nanti. Jadi, evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program isntruksional.
Evaluasi formatif bertujuan untuk: (1) melihat keterlaksanaan program; (2) melihat prosentase ketercapaian tujuan atau mengukur hasil yang telah dicapai; dan (3) memberikan umpan balik guna mengadakan perbaikan atau pembenahan berdasarkan evaluasi, sehingga program-program yang belum diselesaikan akan dapat diselesaikan lebih baik.
Pelaksanaan evaluasi formatif harus dimulai dan didasarkan kepada rencana yang disusun sebelumnya. Ada tujuh komponen penting yang harus diperhatikan oleh pengembang instruksional yaitu: (1) Maksud evaluasi formatif, (2) Siapa yang akan menggunakan hasil evaluasi tersebut?, (3) Apa informasi yang akan dikumpulkan?, (4) Sumber-sumber apa yang diperlukan, (5) Bagaimana, kapan dan di mana data dikumpulkan?, (6) Bagaimana, kapan dan siapa yang melaksanakan analisis data?, dan (7) Bagaimana bentuk laporannya?. Ketujuh komponen di atas merupakan komponen pokok yang perlu mendpatkan perhatian dalam evaluasi formatif, agar hasilnya benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan maksudnya.

2.      Evaluasi Sumatif
Evaluasi hasil dan dampak adalah evaluasi yang dilakukan setelah program kegiatan selesai. Evaluasi hasil dilakukan pada saat program kegiatan selesai, sedangkan evaluasi dampak dilakukan di lapangan selang beberapa waktu (bulan, tahun) setelah program kegiatan selesai. Evaluasi sumatif bertujuan: (1) untuk melihat ketercapaian tujuan atau mengukur hasil yang telah dicapai; (2) untuk melihat bahwa program-program yang telah dilakukan memiliki dampak terhadap perubahan yang terjadi di lembaga baik pimpinan, pelaksana, lingkungan kerja, atau terhadap stakeholder.
Pada proses belajar mengajar, evaluasi sumatif dilakukan oleh evaluator untuk memperoleh informasi guna menentukan keputusan para sisa selama mengikuti proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif dilakukan oleh para guru setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan waktu tertentu, misalnya pada alhir proses belajar mengajar, termask juga akhir kuartal ayau akhir semester. Evaluasi sumatif ini secara umum bertujuan untuk menentukan posisi siswa dalam kaitannya dengan penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama satu proses pembelajaran.
Nana Syaodih (2005:122) menyatakan evaluasi sumatif lebih diarahkan untuk mengevaluasi hasil, untuk menilah apakah program cukup efektif dan efisien atau tidak, atas dasar hasil evaluasi tersebut apakah program dilanjutkan atu dihentikan.  Evaluasi hasil sumatif dilakukan pada akhir program dan dilakukan oleh evaluator eksternal. Lebih jauh, Guba and Lincoln (1981:49) menyatakan “The aim of summative evaluation is to determine impact and outcomes, which makes one think of contexts in which such impacts or outcomes may be noted”
Evaluasi sumatif ini banyak dilakaukan di lembaga pendidikan formal maupun pendidikan dan latihan (diklat) yang dibiayai oleh pihak sponsor. Fungsi evaluasi sumatif adalah sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran, di samping juga untuk menentukan pencapaian hasil belajar yang telh diikuti oleh para siswa. Dikarenakan merupakan evaluasi tahap akhir maka focus perhatian agar tidak bias, diarahkan pada variable-variabel yang dianggap penting dalam suatu proses pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari evaluasi sumatif ini, oleh paraguru, kemudian secepatnya dianalisis guna menentukan posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajarannya. Siswa yang memiliki posisi dengan hasil baik dapat dikatakan berhasil dan direkomendasikan dapat melanjutkan ke jenjang kelas yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang gagal dalam pencapaian hasil belajar, diberi remidi lagi atau tetap mengulang di kelas yang sama.

Kedua model evaluasi sumatif dan formatif dapat diimplementasikan dalam tes tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes objektif dan test essei. Di samping itu, tes tertulis juga dapat digunakan untuk meganalisis dan menistesiskan informasi tentang siswa.
Tes objektif pada umumnya disebut juga sebagai alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasannya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang diantarannya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross, 1973:19). Pertanyaan pengenalan (recognition question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal salah benar, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan ke dalam dua jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esei biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.

F.     Kesimpulan
Dalam proses belajar mengajar, evaluasi menempati posisi yang strategis, karena dapat memberikan kerangka sebagai dasar untuk menentukan pembelajaran dan menentukan kemajuan hasil proses belajar mengajar. Kerangka itu juga disertai dengan gambaran bagaimana tanggapan siswa, yang berdasarkan gambaran ini arah dan kegiatan pembelajaran lebih lanjut dapat direncanakan. Evaluasi juga akan memberikan feed back dan feed forward.
Evaluasi formative lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan program. Evaluasi formative dilakukan selama proses pelaksanaan program, dan dilakukan oleh evaluator internal.
Evaluasi sumatif lebih diarahkan untuk mengevaluasi hasil, untuk menilah apakah program cukup efektif dan efisien atau tidak, atas dasar hasil evaluasi tersebut apakah program dilanjutkan atu dihentikan.  Evaluasi hasil sumatif dilakukan pada akhir program dan dilakukan oleh evaluator eksternal.
Evaluasi merupakan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, di dalam melaksnakan evaluasi ada dua model yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Keduannya mempunyai peran yang sangat penting untuk mengetahui keberhasilan dan mungkin “kegagalan” suatu proses belajar mengajar. Evaluasi formatif bersifat internal berfungsi untuk meningkatkan kinerja internal berdasarkan hasil evaluasi. Sedangkan evaluasi summative bersifat eksternal sebagai fungsi akuntabilitas.




DAFTAR PUSTAKA

Asmawi Zainul & Noehi Nasution. (2005). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: DIKTI
Cross, A.(1973). Home Economics Evaluation. Columbus Ohio: A. Bell & Howel Company
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2009.

Guba & Lincoln.(1981). Effective Evaluation. San Francisco: Jossey-Bass Publishers
HEPI. Rekayasa Sistem Penilaian dalam rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan. 2005
Slameto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
M. Atwi Suparman. (2005). Desain Instruksional. Jakarta: DIKTI
Nana Syaodih, S.(2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sukardi. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

0 comments:

Post a Comment