Sunday 28 June 2015
On 21:45 by Dr. SUKRIS SUTIYATNO, MM., M.Hum No comments
PERAN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Sukris Sutiyatno
STMIK Bina Patria Magelang
ABSTRACT
The principal
has important roles such as educator,
manager, administrator, supervisor, leader, innovator and motivator. The role
of principal in instructional leadership doesn’t get a serious attention yet,
although it is very important because the core of education is instructional.
The principal who focuses on the instructional leadership can improve and
increase the achievement of the students. The instructional leadership is very
eligible to be implemented in educational process.
Key words: Instructional
leadership, principal, the achievement
PENDAHULUAN
Salah satu faktor utama yang
menentukan keberhasilan pembangunan adalah tersediannya sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk
pengembangan industri dan sector-sektor ekonomi lainnya. Pertumbuhan penduduk
usia kerja (angkatan kerja) yang terus meningkat tanpa diiringi peningkatan
kompetensi dan keterampilan hanya akan menambah beban yang harus dipikul
bersama oleh masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah. Sebaliknya, angkatan kerja yang memiliki kompetensi
merupakan asset (human capital) yang dibutuhkan untuk pembangunan berbagai
sector perekonomian (Direktorat PSMK, 2006:1).
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) memiliki peran dan posisi yang strategis dalam system pendidikan nasional
di Indonesia. Paling tidak ada dua alasan yang menempatkan SMK pada posisi
tersebut. Pertama, SMK telah menjadi salah satu tempat untuk mencerdaskan dan
pemenuhan hak-hak pendidikan bagi banyak warga negara. Pada tahun 2009 tercatat
ada 3.678.652 siswa yang terdaftar di Sekolah Menengah Kejuruan. Jumlah
tersebut tersebar di 7.719 SMK di seluruh Indonesia. Kedua, SMK telah memberi
kontribusi penting bagi perekonomian Indonesia melalui perannya dalam
menyediakan tenaga kerja terampil bagi dunia usaha dan dunia industry.
(Direktorat PSMK, 2005:1)
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) merupakan bagian integral dari sektor-sektor ekonomi yang ikut mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional perlu terus dikembangkan kualitas dan
kuantitasnya. Kualitas SMK akan merefleksikan kualitas tenaga kerja Indonesia
yang perlu dibangun untuk meningkatkan keunggulan kompetitif sumber daya
manusia Indonesia. Dengan demikian SMK memainkan peran penting dalam menekan
angka pengangguran di Indonesia yang sampai saat ini masih mencapai sekitar 9
juta. Untuk itu SMK perlu terus mengaktualkan kemampuan sunber daya manusia dan
peralatannya agar selaras dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia (Renstra
Direktorat PSMK 2005-2009).
Supaya SMK mampu berperan dan
berfungsi dengan baik, SMK harus dipimpin oleh pemimpin yang berkualitas
unggul, memiliki wawasan luas dan berkemampuan tinggi untuk melaksanakan dan
mengembangkan berbagai program dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan
oleh sekolah. Kepala sekolah yang berkualitas unggul dan professional
diharapkan mampu memanfaatkan semua sumberdaya yang ada di sekolah maupun yang
ada di luar sekolah sebagai upaya dalam memberdayakan atau memfasilitasi guru
mencapai tujuan sekolah, guna menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja. Kualitas lulusan tentu tidak bisa dilepaskan
dari proses pembelajaran.
Kepemimpinan meerupakan salah
satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Banyak model
kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan, namun demikian model
kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) sangat penting untuk
diterapkan karena misi utama sekolah adalah mendidik siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk mempersiapkan masa depan mereka yang semakin
berat tantangannya. Misi inilah yang menuntut sekolah untuk lebih memfokuskan
pada pembelajaran.
Pada sisi yang lain masih
banyak kepala sekolah yang kurang memberi perhatian secara penuh terhadap
pentingnya pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Surya Dharma (2010)
“Persoalannya sekarang, para kepala sekolah di Indonesia lebih disibukkan
dengan urusan adminstrasi dan keuangan. Sibuk mengurusi dana BOS dan anggaran
sekolah. Tidak fokus pada pembelajaran. Berbeda dari kapala sekolah di Negara
maju, mereka sibuk dengan urusan partisipasi pembelajaran secara khusus”. Oleh
karena itu, para kepala sekolah harus benar-benar memfokuskan perannya lebih
besar pada peningkatan kualitas pembelajaran dari pada urusan-urusan lain.
While it
is generally held that the principal is both manager-administrator and
instructional leader in many countries, principals tend to be more
manager-administrator oriented while that of instructional leader is most
delegated to the assistant principal. Jadi, yang sering dilakukan
baik kepala sekolah sebagai manajer adminstrasi dan kepemimpinan pengajaran di
beberapa Negara, kepala sekolah cenderung lebih berorientasi sebagai manajer
administrasi sementara kepemimpinan pengajaran sering didelegasikan kepada
pembantu/wakil kepala sekolah. (http://peplelearn.homestead.com/principainstructleader.htm)
Sehubungan dengan
kepemimpinan pembelajaran di sekolah, banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa
kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinan pembelajaran menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik daripada kepala sekolah yang kurang memfokuskan pada
kepemimpinan pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan sekolah tidak menerapkan model
kepemimpinan pembelajaran. Hasil penelitian Stronge (1988) menunjukkan bahwa
dari seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah, hanya 10
persen yang dialokasikan untuk kepemimpinan pembelajaran. Sampai sekarangpun
masih banyak kepala sekolah yang masih menyeimbangkan perannya sebagai manager, administrator, supervisor, dan
instructional leader (kepemimpinan pembelajaran). Adapun alas an yang
dikemukakan antara lain kurangnya waktu untuk melaksanakan kepemimpinan
pembelajaran, banyakanya kegiatan administrative yang harus dilaksanakan, dan
adanya harapan dari masyarakat bahwa peran kepala sekolah utamanya adalah
seorang manager (Flath, 1989; Fullan, 1991) dalam (Direktorat PMPTK, 2010:1).
Jadi, pembelajaran harus
menjadi fokus perhatian kepala sekolah dalam perannya sebagai pemimpin sekolah
karena misi utama sekolah adalah mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai yang
diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa depan
yang penuh tantangan. Misi inilah yang kemudian menuntut kepala sekolah untuk
memfokuskan pada pembelajaran (learning-focused
schools), yang komponen-komponennya
meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar. Di samping itu untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran maka
kepala sekolah diharapkan dapat membangun learning
community (komunitas pembelajar), learning
culture (kultur pembelajaran) dan learning
school (sekolah belajar) (Direktorat PMPTK, 2010:9).
Kepemimpinan pembelajaran
sangat penting untuk diterapkan di sekolah dan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas guru, sehingga dapat melaksnakan tugas mengajar dengan baik dan
diharapkan akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas lulusannya. Oleh karena itu kepemimpinan pembelajaran harus menjadi
prioritas utama dan kepala sekolah memberikan alokasi waktu yang lebih banyak
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, namun demikian masih banyak kepala sekolah
yang kurang memperhatikan pentingnya kepemimpinan pembelajaran. Kepala sekolah
lebih banyak melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan administrative, kegiatan seremonial, dan
kegiatan-kegiatan lain yang non akademis sehingga waktu untuk melakukan
perbaikan/pembaruan kurikulum, proses belajar mengajar, dan evaluasi hasil
belajar kurang mendapatkan perhatian. Seharusnya, The instructional leader makes instructional quality the top priority
of the school and attempts to bring that vision to realization (Flath,B.,
1989:19-22). Jadi, pemimpin pengajaran menjadikan kualitas pengajaran pada
prioritas teratas di sekolah dan mencoba merealisasikan visi menjadi kenyataan.
KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN
Dalam rangka memenuhi
tuntutan pngembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), maka sekolah harus
dipimpin oleh pemimpin yang berkualitas unggul, memiliki wawasan luas dan
berkemampuan tinggi untuk melaksanakan dan mengembangkan berbagai program dan
kegiatan kependidikan baik yang diselenggarakan di sekolah maupun di luar
sekolah. Kepala sekolah yang berkualitas unggul dan professional diharapkan
mampu memenfaatkan semua sumberdaya yang ada di sekolah maupun yang ada di luar
sekolah sebagai upaya dalam mencapai tujuan sekolah, guna menghasilkan lulusan
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja (Direktorat
PSMK, 2005:2).
Kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan harus mampu mengadakan perubahan ke arah perbaikan dan
dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas sekolah yang dipimpinnya.
Berdasarkan konsep kepemimpinan kaizen, Tony Barnes (1998:30) menyatakan
keberhasilan bukanlah hasil akhir dari suatu tugas, keberhasilan hanyalah satu
langkah maju sebelum mengambil langkah maju berikutnya. Sementara itu, Warren
Bennis (1989:37) menyatakan seorang pemimpin harus memiliki keingintahuan dan
kemauan. Artinya, pemimpin bertanya-tanya tentang segala sesuatu, ingin belajar
sebanyak-banyaknya, bersedia mengambil resiko, mengadakan eksperimen, tetapi
mau menerima kekeliruan.
Peters & Austin
(Sallis, 2002:66) menyatakan bahwa “The
educational leader as needing the follosing perspectives: (1) vision and
symbols; (2) management by walking about, (3) for the kids; (4) autonomy,
experimentation, and support for failure; (5) create a sense of family, and (6)
sense of the whole, rhythm, passion, intensity, and enthusiasm. Jadi,
pemimpin dalam pendidikan harus memiliki pandangan tentang: (1) visi dan
simbol-simbol, (2) management by walking about, (3) memperhatikan peserta
didik, (4) mandiri, mencoba hal-hal baru, dan mau member bantuan, (5)
menciptakan rasa kekeluargaan, dan (6)
memiliki rasa kebersamaan, memiliki gaya, keinginan, kelebihan, dan semangat
yang tinggi.
Menurut Kartini Kartono
(2008:38) pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan---khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang---, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Di samping hal-hal tersebut
di atas seorang pemimpin harus mempunyai kematangan emosi, Avery (2004:93)
menyatakan “Leaders with high emotional
maturity are considered more capable of maintaining cooperative relationship
with subordinates, peers and superiors than people with low emotional
maturity”. Jadi, para pemimpin yang mempunyai kematangan emosi tinggi lebih
mempu memelihara hubungan kerjasama dengan bawahannya, teman sejawat dan atasan
daripada orang yang mempunyai kematangan emosi rendah.
Kepala sekolah
profsional dalam paradigm baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak
positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan system pendidikan di
sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap efektivitas pendidikan,
kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,
budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian,
partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen,
kemauan untuk berubah (psikologi dan pisik), evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan, responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas,
dan sustainabilitas (Mulyasa, 2009:89-94).
Sebagai pemimpin,
kepala sekolah memberikan penekanan utama dalam melakukan perubahan
(pembaharuan) organisasi ke arah yang lebih baik secara kreatif menciptakan
inovasi dan melakukan teribson untuk
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Oleh karena itu, seorang pemimpin
harus mampu menggerakkan organisasi untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik,
lebih maju dan berkembang utamannya dalam bidang pembelajaran. Sallis (1993:88)
menyatakan “ The function of leadership
is to enhance the quality of learning”. Jadi, fungsi kepemimpinan adalah
meningkatkan kualitas pembelajaran
Gaspersz (2002:203)
mengatakan bahwa bukti nyata dari komitmen pemimpin terhadap pelaksanaan
manajemen mutu itu ada delapan, yaitu: (1) Menetapkan suatu dewan kualitas, (2)
Menetapkan kebijaksanaan kualitas, (3) Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran
kualitas, (4) Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya, (5) Memberikan dan
menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pemecahan
masalah-masalah kualitas, (6) Menetapkan tim perbaikan kualitas yang
bertanggung jawab pada manajemen puncak untuk menyelesaikan maalah-masalah
kualitas, (7) Merangsang perbaikan kualitas terus menerus, dan (8) Memberikan
pengakuan dan penghargaan atas prestasi dalam perbaikan kualitas secara terus
menerus.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa komitmen yang kuat dari manajemen puncak merupakan salah satu
yang menenytukan keberhasilan perbaikan mutu pendidikan tinggi. Ross (1994:34)
menyatakan bahwa “Ultimately strong
visionary leaders are the most important element of a quality management
approach”. Pemimpin yang kuat visinya adalah factor terpenting dalam
pelaksanaan manajemen mutu. Dengan demikian upaya perbaikan mutu tidak akan
berhasil tanpa keterlibatan dari manajemen puncak dalam hal ini adalah kepala
sekolah.
Peningkatan kualitas
pembelajaran dapat tercapai apabila sekolah mempunyai guru yang berkualitas,
untuk itu sebagai pemipin pendidikan kepala sekolah seharusnya memberikan
perhatian terhadap pengembangan kualitas guru. Sardiman (2005:125) mengemukakan
guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang
ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di
bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsure di
bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang
berkembang.
Aspek penting dari
peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberi
mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar. Dalam
pendekatan berbasis mutu, kepemimpinan di sekolah bergantung pada pemberdayaan
guru dan staf lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar (Sallis,
2007:174). Kepemimpinan mengacu kepada cara atau gaya kerja dari pengelola
(pimpinan) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di dalam menjalankan manajemen
sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan
(Direktorat PSMK, 2005:5).
Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah yang berhasil apabila
mereka dapat memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan
unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang
diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah maka kepala sekolah mempunyai
beberapa fungsi dan peran yaitu:
Kepala
sekolah sebagai Pendidik
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik,
seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi
peserta didik yang cerdas di atas normal ( Mulyasa, 2009:98).
Wahjosumidjo (2010:122) mengemukakan bahwa memahami
arti pendidikan tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam
definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna
pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu
dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha
menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni
pembinaan mental, moral, fisik dan artistic.
Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
Dalam hal ini factor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala
sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan
terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil
kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemsyarakatan sangat mempengaruhi
kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekeerjaannya, demikian halnya
pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.
Kepala
Sekolah sebagai manajer
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha
para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu
proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya
mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan (Mulyasa, 2009:103)
Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah memegang
peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan organisasi sekolah (Sondang,
1997:20). Kepala sekolah sebagai top manajer, harus dapat menerapkan
kepemimpinan yang efektif dalam memberikan layanan supervise kepada para guru
dan personil sekolah lainnya. Dengan kepemimpinan administrasi yang efektif,
kepala sekolah dapat menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkanb usaha, dan
iklim koperatif dalam kehidupan organisasi dan dalam memberikan layanan
supervise kepada para guru untuk meningkatkan motivasi kerja, kinerja, dan
hasil pembelajaran di kelas (Abdul Hadis dan Nurhayati, 2010:65).
Kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai
manajer pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan
seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan,
sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organsasi di mana di dalamnya
berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat
untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumber daya manusia, memerlukan
manajer yang mampu untuk merencanakan, megorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan agar organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan (Wahjosumidjo,
2010:96).
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinyasebagai
manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerjasama tau kooperatif, memberi kesempatan kepada
para tenaga kependidikanuntuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
program sekolah.
Kepala sekolah harus memiliki kepemimpinan dengan
baik, yang diwujudkan dalam kemampuan menyususn program sekolah, organisasi
personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya
sekllah secara optimal. Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan sekolah
harus diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga
kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah (reward) bagi mereka
yang berprestasi, dan memberikan hukuman (punishment) bagi mereka yang krang
disiplin dalam melaksanakan tugasnya (mulyasa, 2009:106).
Jadi, untuk dapat melaksanakn sebagai manajer,
kepala sekolah harus mampu mengelola semua sumber daya pendidikan yang dimiliki
sekolah dan yang tersedia di lauar sekolah, untuk mencapai tujuan secara
strategis.
Kepala
Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki
hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi
yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi
personalia, mengelola administrasi sarana prasarana, mengelola administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar
dapat menunjang produktivitas sekolah (Mulyasa, 2009:107).
Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam
penyusunan kelengakapan data administrasi pembelajaran; penyusunan kelengkapan
data administrasi bimbingan konseling; penyusunan kelengkapan data administrasi
kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan.
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas,
kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan
produktivitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik
pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal
ini, kepala sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasidan
kondisi yang ada. Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih
mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada
setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping
beroreintasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan
kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat
melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam
melakukan tugasnya. Dengan demikian, efektivitas kerja kepala sekolah
bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat
menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para tenaga kependidikan melakukan
tugas-tugas yang diembankan kepadanya.
Kepala
Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka
mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan. Sergiovanni dan Starrat (Multiyasa 2009:111) menyatakan bahwa “ Supervision is a process designed to help
teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use
their knowledge and skills to better serve parents and schools a more effective
learning community”.
Jadi, supervisi merupakan suatu proses suatu proses
yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam
mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan
dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua
peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat
belajar yang lebih efektif.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala
sekolah terhadap tenaga kependidikan khususnya guru disebut supeervisi klinis,
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dan meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif.
Kepala
Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999:110)
mengemukakan bahwa kepala sekolah
sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan. Di samping itu, kepala sekolah harus mampu
memberdayakan semua potensi yang ada untuk mengembangkan sekolahnya. Blanchard,
K (2007:68) menyatakan “empowerment is
the process of unleashing the power in people---their knowledge, experience,
and motivation---and focusing that power to achieve positive outcomes for the
organization”.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah
sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan
kemampuan berkomunikasi. Menurut Kartini Kartono (2008:228) keberhasilan
pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan efektivitas pelaksanaan
tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktivitas naik dan semua
tugas dilaksanakan dengan efektif, maka ia disebut sebagai pemimpin yang
berhasil. Sedang apabila produktivitasnya menurun dan kepemimpinannya dinilai
tidak efektif dalam jangka waktu tertentu, maka ia disebut sebagai pemimpin
yang gagal.
Menurut Mulyasa (2009:115) kepribadian kepala
sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya
diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5)
berjiwa besar, (6) emosi stabil, dan (7) teladan.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga
kependidikan akan tercermin dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga
kependidikan (guru dan non guru), (2) memahami kondisi dan karakteristik
peserta didik, (3) menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, (4)
menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan
kepemimpinannya.
Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan
tercermin dari kemampuannya untuk: (1) mengembangkan visi sekolah, (2)
mengembangkan misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk mewujudkan visi
dan misi ke dalam tindakan.
Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari
kemampuannya dalam: (1) mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di
sekolah, (2) mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah, dan (3)
mengambil keputusan untuk kepentingan kepentingan eksternal sekolah.
Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari
kemampuannya untuk (1) berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di
sekolah, (2) menuangkan gagasan dalambentuk tulisan, (3) berkomunikasi secara
lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader
dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter,
laissez-faire. Ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh
seorang leader, sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat
tersbut muncul secara situasional. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai
leader mungkin bersifat demokratis, otoriter dan mungkin bersifat
laissez-faire.
Kepala
Sekolah sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencarigagasan baru, mengintegrasikan
setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di
sekolah, dan mengembangkan model-nodel pembelajaran yang inovatif (Mulyasa,
2009:118).
Alfonso (1977:11) menyatakn Leaders can bring about improvements in educational practice when their
commitment to a teaching innovation is so strong and so convincing that it
helps to create the same kind of attitude in teachers. Jadi, para pemimpin
dapat membawa perubahan dalam praktek pendidikan ketika komitmennya terhadap
inovasi pembelajaran begitu kuat dan begitu meyakinkan yang dapat membantu
untuk menciptakan perilaku yang sama pada guru-guru.
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari
cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstrukti, kreatif, delegatif,
integrative, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta
adaptable dan fleksibel.
Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator,kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar
melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB) (Mulyasa, 2009:120).
TUJUAN
KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
Tujuan utama
kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa
agar mereka mampu mengembangkan potensi kualitas dasar dan kualitas
instrumentalnya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan sarat
dengan tantangan-tanatangan yang sangat komplek. Menurut Slamet PH (2001),
kualitas dasar meliputi kualitas daya pikir, daya hati, dan daya pisik/raga.
Daya pikir meliputi cara-cara berpikir induktif, deduktif, ilmiah, kritis,
kreatif, inovatif, lateral, dan berpikir system. Daya hati (qolbu) meliputi
kasih saying, empati, kesopan santunan, kejujuran, integritas, kedisiplinan,
kerjasama, demokrasi, kerendahan hati, perdamaian, respek kepada orang lain,
tanggung jawab, toleransi, dan kesatuan serta persatuan, kestaminaan, ketahanan,
dan keterampilan. Kualitas instrumental meliputi penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta seni. Ilmu pengetahuan dapat digolongkan menjadi ilmu lunak
(sosiologi, politik, hokum, ekonomi, pendidikan, antropologi, dan yang
sejenis). Ilmu pengetahuan keras meliputi matematika, fisika, kimia, biologi,
dan astronomi. Teknologi meliputi teknologi konstruksi, manufaktur,
transportasi, telekomunikasi, energy, bio, dan bahan. Seni terdiri dari seni
suara, music, tari, kriya dan rupa.
Dengan kata lain, tujuan
kepemimpinan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswanya
meningkat prestasi belajarnya, menngkat kepuasan belajarnya, meningkat motivasi
belajarnya, meningkat keingintahuannya, kreativitasnya, inovasinya, jiwa
kewirausahaannya, dan meningkat kesadarannya untuk belajar secara terus menerus
sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang
dengan pesat (Direktorat PMPTK, 2010:9).
Kepala sekolah yang
dapat menerapkan kepemimpinan pembelajaran yang baik akan memberi dampak yang
positif, dampak tersbut antara lain terhadap efektivitas pendidikan,
kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,
budaya mutu, kerjasama yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian,
partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi), kemuan
untuk berubah, evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan, responsive dan
antisipatif terhadap kebuituhan, akuntabilitas dan sustainabilitas (Mulyasa,
2009:89).
Kepala sekolah yang
mampu melaksanakan kepemimpinan pembelajaran dengan baik apabila dia memiliki
visi tentang pembelajaran, di dalam buku peranan kepala sekolah sebagai kunci
keberhasilan SMK, karakteristik perilaku kepemimpinan visioner adalah: (a)
memimpin untuk masa depan (memiliki visi yang tercermin dalam sikap dan
perilaku pemimpin), (b) mencari peluang yang menantang, (c) berani mencoba dan
siap menangung resiko, (d) merencanakan keberhasilan secara bertahap, (e)
membangun dan mengembangkan mitra kerja, (f) menciptakan iklim kerja organisasi
sehat, (g) menampilkan keteladanan, (h) menghargai peran setiap individu, dan
(i) membangun kepuasan kerja (Direktorat PSMK, 2005:29)
Sementara itu Sallis
(1993:89) menyatakan “ A key aspect of
the leadership role in education is to empower teachers to give them the
maximum opportunity to improve the learning of their students”. Jadi, aspek
kunci peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru untuk memberi mereka peluang untuk
memperbaiki pembelajaran siswanya.
Dalam mentransformasi
proses pembelajaran, kepala sekolah memfasilitasi setiap guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Inti dari pilar kedua ini adalah
digalakkannya pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered learning),
yang diakronimkan dengan pmbelajaran yang aktif, kreatif sehingga menjadi
efektif, namun tetap menyenangkan (PAKEM). Dalam Pakem, guru; (1) fleksibel
dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga anak dapat mengungkapkan
pendapatnya, baik secara lisan maupun tertulis,, dan mengungkapkan hasil
pekerjaan serta memajangkan hasil karyanya di sekolah, (2) menggunakan berbagai
jenis penilaian untuk menangkap kemajuan dan prestasi siswa, (3) memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada di lingkungan untuk menunjang pembelajaran di
kelas, termasuk memanfaatkan keahlian dan partisipasi masyarakat. (http://.www.
Scribd.com/doc/31275577/KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN).
Kepemimpinan
pembelajaran sangat cocok diterapkan di sekolah karena misi utama sekolah
adalah mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa depan yang belum
diketahui dna yang sarat dengan tantangan-tantangan yang sangat turbulen. Misi
inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi harus memfokuskan pada
pembelajaran (learning-focused schools), yang meliputi kurikulum, proses
belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar (Direktorat PMPTK, 2010:1).
Berdasarkan pemaparan
di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah untuk
memfasilitasi pembelajaran agar siswanya meningkat prestasi belajarnya,
meningkat kepuasan belajarnya, meningkat keingintahuannya, kreativitasnya,
inovasinya, jiwa kewirausahaannya, dan meningkat kesadarannya untuk belajar
secara terus menerus sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni berkembang dengan pesat. Alfonso (1977:11) menyatakan “… good leadership also contributes to teacher
growth, and teacher growth contributes directly to better learning”. Jadi,
kepemimpinan yang baik membantu perkembangan guru, dan perkembangan guru
membantu secara langsung terhadap pembelajaran yang lebih baik.
PENTINGNYA
KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
Daresh dan Playco
(1995) Kepemimpinan pembelajaran sebagai upaya memimpin para guru agar mengajar
lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki prestasi belajar siswanya.
Definisi tersebut cukup baik namun demikian kurang komprehensif karena hanya
memfokuskan peran guru dalam pendidikan, padahal ada aspek-aspek lainnya yang
juga penting untuk diperhatikan. Ahli lain, Petterson (1993), mendefinisikan
kepemimpinan pembelajaran yang efektif sebagai beerikut: (1) Kepala sekolah
mensosialisasikan dan menanamkan isi dan makna visi sekolahnya dengan baik, (2)
Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sekolah
(manajemen partisipatif), (3) Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap
pembelajaran, misalnya dia mendukung bahwa pengajaran yang memfokuskan pada
kepentingan belajar siswa harus menjadi prioritas, (4) Kepala sekolah melakukan
pemantauan terhadap proses belajar mengajar sehingga memahami lebih mendalam
dan menyadari apa yang sedang berlangsung di dalamnya, dan (5) Kepala sekolah
berperan sebagai fasilitatorsehingga dengan berbagai cara dia dapat mengetahui
kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan
belajar tersebut (Direktorat, PMPTK, 2010:6-7).
The
definition of instructional leadership has been expanded to towards deeper
involvement in the core business of schooling which is teaching and learning.
Attention has shifted from teaching to learning.
Jadi,definisi kepemimpinan instructional telah diperluas keterlibatan lebih
mendalam dalam kegiataan utama sekolah yaitu pengajaran dan pembelajaran,
perhatian telah berpindah dari pengajaran ke pembelajaran. (RichardDuFour,2002)
Robonson (1985:27)
menyatakan “Effective principals exerted
pressure for high achievement, often assuming an assertive instructional
leadership role. In one successful instructional leadership, the principal: (1)
frequently visited classroom, (2) presented innovative programs techniques to
staff, (3) met with staff to discuss books relating to school effectiveness,
met with small groups of teachers to discuss their students’ achievement and
organized teacher effectiveness training”. Jadi, kepemimpinan pembelajaran
yang berhasil, kepala sekolah; sering mengunjungi kelas, menyajikan tehnik
program yang inovatif, bertemu dengan
staf untuk mendiskusikan buku-buku yang berhubungan dengan efektivitas
sekolah, bertemu dengan guru-guru untuk mendiskusikan prestasi atau hasil yang
dicapai siswa dan mengornaisasikan pelatihan efektif guru.
Robinson (1983:28)
menyatakan “Effective principals often
were seen to spend a significant amount of their time observinc classes”.
Jadi, seorang kepala sekolah yang efektif sering terlihat memanfaatkan atau
menghabiskan waktunya untuk mengobservasi kelas. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka
kepala sekolah harus sesering mungkin memantau pembelajaran secara langsung dikelas
untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar.
Kepala sekolah dalam
melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pemimpin pembelajaran sudah selayaknya
menyediakan sebagian besar waktunya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan
selalu menyediakan waktu untuk guru dan siswanya. Karena bagaimanapun kegiatan
utama sekolah adalah pembelajaran sehingga sudah seharusnya sorang kepala
sekolah memfokuskan sebagian besar waktunya untuk secara terus menerus
mengadakan perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian, karena pada kenytaannya kepala sekolah hanya sedikit mengalokasikan
waktunya untuk pembelajaran dan sebagian besar waktunya digunakan untuk hal-hal
yang tidak secara langsung berhubungan dengan pembelajaran.
Fidler (1997:32)
menyatakan “the practical implications
for instructional leadership as including: (1) managing the curriculum and
teaching, including the organization of
pupil grouping and time allocation, but also stimulating curriculum development
(2) supervising teaching, (3) monitoring student progress; and (4) providing a
positive teaching climate. Jadi, implikasi dari kepemimpinan pembelajaran
meliputi mengelola kurikulum dan pengajaran, termasuk di dalamnya
pengorganisasian kelompok siswa dan pengalokasian waktu, tetapi juga mendorong
pengembangan kurikulum, mensupervisi pengajaran, memantau perkembangan siswa.
Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai pemimpin pembelajaran, maka seorang kepala sekolah menengah
kejuruan harus mampu melakukan perbaikan dalam bidang pengajaran. Alfonso
(1977:34) menyatakan “The role of the
director in instructional improvement is to provide a set of conditions through
which curricular intentions are implemented”. Jadi, peran director (kepala
sekolah) dalam perbaikan pengajaran adalah menyediakan seperangkat kondisi
sehingga tujuan-tujuan kurikulum dapat dilaksnakan.
Kepemipinan
pembelajaran sangat penting untuk diterapkan di sekolah karena dengan
kepemimpinan pembelajaran diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Kepemimpinan pembelajaran
diharapkan dapat membeerikan dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswanya. Kepemimpinan pembelajaran juga mampu
memfokuskan kegiatan-kegiatan warganya untuk menuju pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah. Kepemimpinan pembelajaran penting diterapkan di sekolah karena
kemampuannya dalam membangun komunitas belajar warganya dan bahkan mampu
menjadikan sekolahnya sebagai sekolah pembelajar (learning school).
Sementara itu, Parks
(1997:4) menyatakan “There is a need for
strong, responsive, sophisticated leadership in education. In schools, as in
all organizations, effective leadership is absolutely necessary in the
structure and operation of the schools and in the achievemnent of its purpose,
including the improvement of teaching and learning. Jadi, perlu
adannya kepemimpinan yang kuat,
responsive dan unggul dalam dunia
pendidikan. Di sekolah-sekolah kepemimpinan efektif sangat perlu dalam struktur
dan jalannya sekolah dan pencapaian tujuannya, termasuk di dalamnya perbaikan
pengajaran dan pembelajaran.
Peran kepala sekolah
yang mencakup manajemen dan kepemimpinan, keduannya sangat penting, Manajemen
berhubungan dengan efektifitas pengelolaan sekolah. Kepemimpinan yang baik
dalam hal ini kepemimpinan pembelajaran dapat meningkatkan keselarasan, hasil
belajar siswa, dan mutu pengajaran. Kepala sekolah sebaiknya mengembangkan dan
menggunakan berbagai gaya kepemimpinan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
untuk mendukung perannya sebagai kepemimpinan pembelajaran.
Furthermore,
instructional leaders know what is happening in their classroom and develop the
capacities of staff by building on their strength and reducing their weakness.
These leaders attempt to sustain improvement and change in their schools by
anticipating and overcoming the obstacles that inevitably will emerge along the
way.
Berdasarkan penjelasan tersebut, para pemimpin pengajaran seharusnya mengetahui
apa yang sedang terjadi di kelas dan mengembangkan kapasitas staffnya dengan
membangun kekuatan meeka dan mengurangi kelemahan mereka. Para pemimpin
pengajaran mencoba membuat perbaikan berkelanjutan dan merobah sekolah mereka
dengan mengantisipasi dan mengatasi hambatan yang terjadi. (http://www.e-lead.org/resorces/resources.asp?)
Bagaiamana staf sekolah
dapat bergerak bersama-sama dalam tugas dan kewajibannya akan sangat tergantung
kepada kepekaan kepala SMK dalam melakukan pemberdayaan semua potensi sekolah.
Penciptaan iklim kerja yang menyenangkan sehingga staf sekolah merasa nyaman
bekerja dan mampu melihat pentingnya kontribusi dirinya bagi pengembangan
sekolah. Secara empiric dapat diamati bahwa kepala SMK yang kompeten akan
terlihat pada peningkatan kualitas sekolahnya dan ketika kepala sekolah diganti
dengan orang yang kurang kompeten maka akan terlihat dampaknya pada penurunan
kualitas sekolahnya (Direktorat PSMK, 2005:7).
Hal penting lainnya,
kepala sekolah harus mampu mengantisipasi dan mengelola perubahan yang terjadi
dalam dunia pendidikan, Alfonso (1977:8)
menyatakan “A leader needs to be an
expert in the process of change. An effective leader knows how to stimulate,
plan and direct change. In order to do this he or she needs to have a deep
understanding of the change process”. Jadi seorang pemimpin seharusnya ahli
dalam proses perubahan. Seorang pemimpin yang efektif mengetahui bagaimana
menstimulasi, merencanakan, dan mengarahkan perubahan. Untuk dapat melakukan
hal tersebut, dia seharusnya mempunyai pemahaman mendalam tentang proses
perubahan khususnya dalam bidang pendidikan.
Dalam memberdayakan
sekolah yang dipimpinnya fungsi kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan
yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di
sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah.
Mulyasa (2009:187) menyatakan Kepala sekolah senantiasa dituntut untuk berusaha
membina dan mengembangkan hubungan kerja sama baik antara sekolah dan
masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang
harmonis ini akan membentuk; (1) saling pengertian antara sekolah, orang tua,
nmasyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia
kerja, (2) saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui
manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing, (3) Keerjasama yang erat
anatara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa
ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
Lebih jauh berhubungan
dengan peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas anak didiknya, Surya
Dharma (2010) menyatakan bahwa “Kalau para kepala sekolah, pengawas, dan
gurunya professional, anak didiknya juga akan berkualitas”. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas siswa akan meningkat jika
para kepala sekolah memperhatikan dan memfokuskan kepemimpinannya pada
perbaikan pembelajaran, peingkatan kualitas guru demikian pula pengawas
Berdasarkan penjelasan
tentang kepemimpinan pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada
pembelajaran yang komponen-komponennya mencakup kurikulum, proses belajar
mengajar, penilaian hasil belajar, penilaian serta pengembangan guru, layanan
prima dalam pembelajaran dan pembangunan komunitas pembelajaran, sering
mengunjungi kelas dan selalu bertemu dengan staf dan guru untuk mendiskusikan
peningkatan prestasi belajar siswa.
PENUTUP
Berdasarkan paparan di atas
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang
memfokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran dan tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah
memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya. Kepmimpinan pembelajaran sangat penting
diimplementasikan di sekolah karena kepemimpinan pembelajaran berkontribusi
signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Namun demikian masih
banyak kepala sekolah yang kurang memberikan fokus pada peningkatan kualitas
pembelajaran dan alokasi waktu yang digunakan untuk pembelajaran sangat minim
dan kepala sekolah lebih banyak mengurusi hal-hal di luar akademik.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Hadis & Nurhayati. (2008). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Avery, G.C.(2004). Understanding Leadership. London: Sage Publications.
Barnes, T.(1998). Kaizen Strategies for Succesful Leadership. Batam: Interaksara
Bennis, W.(1989). Menjadi Pemimpin Efektif. Jakarta: Gramedia. Jakarta: Gramedia
Blanchard, K. (2007). Leading at a higher Level. Jakarta: PT Elekmedia Komputindo
Departemen
Pendidikan Nasional. (2006). Manajemen
Berbasis Sekolah untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK
Departemen
Pendidikan Nasional. (2006). Penyelenggaraan
SMK Bertaraf Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK
Departemen
Pendidikan Nasional. (2008). Peranan SMK
Kelompok Teknologi terhadap Pertumbuhan Industri Manufaktur. Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMK
Departemen
Pendidikan Nasional. (2005). Peranan
Kepala Sekolah sebagai Kunci Keberhasilan SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK
Dodi Wirawan Krawanto. (2008). Kepemimpinan. Malang: Bayu Media Publishing
Fidler,
B. (1997). School leadership: ‘some key ideas’, school leadership and management, vol. 17, no. 1, pp. 23-27
Gaspersz,
V.(2002). Konsep Vincent: Penerapan Konsep Vincent Tentang Kualitas dalam
manajemen Bisnis Total. Jakarta: Gramedia Pustaka
Kartini Kartono.(2008). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Pt Rajagrafindo
Mulyasa. (2009). Menjadi Kepala Sekolah professional. Bandung;
Rosdakarya
Mulyasa.
(2004). Menjadi Kepala Sekolah
Professional dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Robinson,
G.(1983). Effective Schools: A Summary of
Research. Virginia: Educational Research Service
Sardiman.
(2005). Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Salisbury,
D. S.(1996). Five Technologies for Educational Change. New Jersey: Educational
Technology Publications Englewood Cliffs.
Sallis,
E. (2002). Total Quality Management in
Education. London: Kagan Page
Sallis,
E. (1994). Total Quality Managemen in
Education. London: Kagan Page Limited
Slamet,
P.H.(2008). Sekolah Sebagai Sistem.
Handout 1 Desentralisasi Pendidikan Di Indonesia. Departemen Pendidikan
Nasional
Starratt, R.J.(2007). Pemimpin Visioner. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Surya Dharma. Kualitas
Kepala Sekolah Harus Ditingkatkan. Wawasan, 20 Oktober 2010
UUSPN
No. 20 Th 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Asokadita dan Durat Bahagia
Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Popular Posts
-
PENGARUH FAKTOR GEOGRAFIS DALAM KONDISI BAHASA Sukris Sutiyatno STMIK Bina Patria Magelang Jln. R. Saleh. No. 02Magelang telp. 0293-3...
-
Dr. SUKRIS SUTIYATNO, MM., M.Hum
-
PENTINGNYA PENDIDIKAN KEJURUAN BERORIENTASI PASAR TENAGA KERJA Sukris Sutiyatno Sukris65@yahoo.com (Dosen STMIK Bina Patria Magelan...
-
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Sukris Sutiyatno Di sampaikan dalam Kegiatan: Pengabdian pada Masyarakat CONTEXTUAL TEACHING LEARNING :...
-
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN Sukris Sutiyatno STMIK Bina Patria Magela...
-
DETERMINING MERIT AND WORTH OF EVALUATION (FORMATIVE AND SUMATIVE CONTEXT) Sukris Sutiyatno Sukris65@yahoo.com (Dosen STMIK Bina Pa...
-
Manajemen Kepuasan Siswa Sukris65@yahoo.com STMIK Bina Patria Magelang A. Kualitas sebagai Ujung Tombak Kepuasan Siswa Bagi...
-
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (PPs UNY), Kamis (30/10/2014), kembali mengadakan ujian terbuka disertasi bagi Sukr...
-
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN KEJURUAN PENDIDIKAN KEJURUAN BERORIENTASI PASAR Sukris Sutiyatno Sukris65@yahoo.com (Dosen STMIK Bina Patri...
-
PENGUMUMAN Diberitahukan kepada seluruh Civitas Academica STMIK Bina Patria Magelang khususnya Kelas Teknik Informatika Reguler Semeste...
0 comments:
Post a Comment